Senin, 27 Februari 2012

Bahasa Pijin

Pada bulan November 2004 saya mendapat kesempatan berkunjung ke Kampung Tugu di daerah Semper, Kecamatan Koja Jakarta Utara. Pada waktu itu kebetulan hari Minggu dan di Gereja Tugu sedang ada kebaktian. Sebagian besar jemaatnya terdiri dari masyarakat kampung Tugu sendiri. Sebelum melihat-lihat gereja Tugu saya singgah di pemakaman penduduk kampung Tugu. Yang menarik adalah inskripsi pada batu-batu nisan yang hampir semuanya memakai nama keluarga misalnya Quiko, Abrahams, Michiels, Andries, Browne, Salomons dan lain-lain. Ini jelas bukan nama keluarga orang Belanda atau orang Maluku atau suku bangsa lain di Indonesia. Ini bukan nama bangsa Eropa tetapi nama-nama keluarga penduduk kampung Tugu yang dimakamkan di sini.
Saya diterima oleh bapak Fernando Quiko seorang tokoh masyarakat Tugu. Karena keingintahuan saya mengenai bahasa dan budaya kampung Tugu demikian besar maka dari pertemuan-pertemuan selanjutnya saya berhasil mengumpulkan kosa kata bahasa Kreol Portugis kampung Tugu. Daftar kosa kata semakin lengkap dengan diperkenankannya saya untuk menyalin catatan-catatan yang dibuat oleh ayah bapak Quiko yang telah almarhum.
Terbentuknya Bahasa Kreol Portugis
Saya sering bertanya-tanya mengapa orang Belanda yang telah menguasai Indonesia selama hampir empat abad bahasa Belanda tidak pernah bisa menjadi bahasa pijin apalagi menjadi bahasa Kreol Belanda. Pertanyaan ini telah dijawab oleh Kees Groeneboer dalam disertasinya yang berjudul Weg tot het Westen (1993) yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Erasmus Educatief dengan judul Jalan ke Barat (1995).
Bahasa pijin (pidgin) muncul melalui proses pembelajaran bahasa kedua karena desakan keadaan misalnya di perkebunan, di mana para budak dari berbagai wilayah di Afrika dipekerjakan dalam satu tempat dan mereka harus saling berkomunikasi dengan sesama mereka di samping dengan pihak yang berkuasa yaitu tuan mereka. Varitas bahasa muncul dari proses fosilisasi dan konvensionalisasi ( van Bree, 1990: 272).
Apabila bahasa ini kemudian diwariskan kepada anak-anak mereka dan kemudian fungsi bahasa diikuti oleh perkembangan struktur bahasanya baik terjadi secara tiba-tiba dalam satu generasi atau secara berangsur yang melibatkan generasi-generasi selanjutnya, proses ini disebut proses kreolisasi. Istilah kreol berasal dari bahasa Prancis créole atau dari bahasa Spanyol criollo yang bermakna ‘bawaan lahiriah'. Bahasa pijin dengan demikian juga termasuk bahasa kreol.
Masyarakat kampung Tugu cikal bakalnya berasal dari orang-orang berbahasa Portugis dari berbagai koloni Portugis di Malaka, Pantai Malabar, Kalkuta, Surate, Koromandel, Goa dan Ceylon ( Sri Lanka ). Mereka pada paroh kedua abad 17 diboyong Kompeni ke Batavia sebagai tawanan perang dan mereka mula-mula ditempatkan di sekitar Portugese Kerk atau Gereja Portugis (Sekarang bernama Gereja Sion di Jl. Pangeran Jayakarta) kemudian sebagian besar dari mereka pindah ke kampung Tugu. Karena letak kampung Tugu terisolasi dengan daerah sekitarnya, mereka dapat mempertahankan bahasa dan budaya mereka dalam waktu hampir 200 tahun.
Menurut undang-undang Kompeni mereka tidak boleh dijadikan budak karena mereka beragama Katolik. Oleh karena itu mereka dimerdekakan dengan syarat mereka harus memeluk agama Kristen Protestan. Mereka disebut orang-orang mardyker dalam ejaan bahasa dari bahasa Sanskrit ‘mahardika ' yang bermakna ‘bebas'. Kata mardijker kemudian dipungut dalam bahasa Indonesia menjadi kata ‘merdeka' namun dengan makna yang berbeda. ‘bebas dari penjajah'.
Hubungan Bangsa Portugis dengan Bangsa Indonesia
Selama satu abad menjelang kedatangan bangsa Belanda di bumi Nusantara bangsa Portugis telah mengadakan kontak budaya dengan suku-suku bangsa di Nusantara. Sebagai buktinya adalah dengan ditemukannya batu padrao di persimpangan antara Jl. Cengkeh dan Jl. Kali Besar Timur Jakarta. Padrao yang atau prasasti Portugis bertanggal 21 Agustus 1522 tersebut ditemukan pada tahun 1918 ketika pemerintah Hindia-Belanda mengadakan reklamasi daerah itu.
Padrao (kini disimpan di Museum Nasional Jakarta ) tingginya kira-kira 2 meter didirikan oleh orang-orang Portugis sebagai tanda bahwa telah diadakan suatu perjanjian dengan raja setempat (di sini Prabu Surawisesa raja Pasundan/ Pajajaran). Menyusul prasasti ini telah diadakan suatu Perjanjian Sunda Kelapa antara Portugis dan Raja Sunda (berita pengadaan naskah dan naskah perjanjian yang disusun oleh J.d. Barros kini tersimpan dalam Arsip Nasional Torre do Tombo di Lisabon-Portugal). Perjanjian ini merupakan dokumen internasional pertama yang menyebut namanya, tokoh-tokohnya, hubungan niaganya, perannya dalam kerajaan Sunda dan dalam percaturan politik pada masa itu (Heuken, 1999: 47-55)
Pengaruh Bahasa Portugis dalam Bahasa Indonesia
Sejak kedatangan bangsa Portugis di Indonesia telah terjadi pengaruh bahasa Portugis terhadap bahasa Indonesia . Pengaruh ini nampak jelas pada banyaknya jumlah kosa kata Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis yang telah disusun dalam daftar kosa kata yang diterbitkan oleh Indonesian Etymological Project V oleh Grijns et al tahun 1983, dalam European Loan-words in Indonesian- A check-list of words of European origin in bahasa Indonesia and Traditional Malay .
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Antonio Pinto da França (1970) dalam bukunya A Influencia Portuguesa na Indonesia (buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Pustaka SH th. 2000 dengan judul Pengaruh Portugis di Indonesia ) dalam bahasa Indonesia kita dewasa ini ada banyak kosa kata yang berasal dari bahasa Portugis, misalnya: armada, bola, pena, roda, ronda, sisa, tenda, tinta , maco. Ada juga kosa kata yang mengalami perubahan ucapan, misalnya: algojo (algoz), bangku (banco), bantal (avental), bendera (bandeira), biola (viola), bolu (balo), boneca (boneca), jendela (janela), gereja (igreja), kaldu (caldo), kantin (cantina), kemeja (camisa), kereta (carreta), meja (mesa), mentega (manteiga), pesiar (passear), pigura (figura), pita (fita), sepatu (sapato), serdadu (soldado), cerutu (charuto), tolol (tolo) dan masih banyak lagi.
Pesta mandi-mandi
Orang- mardeiker di kampung Tugu semakin lama menunjukkan ciri identitas kelompok mereka yang unik. Mialnya, pada saat perayaan Natal sebelum seorang tamu masuk rumah dan berjabat tangan dengan tuan rumah mereka harus mengucapkan kalimat ini:
“ Bi singku dia Desember, nasedu di nos sior, nos sior jabina mundu. Libra nos pekador, unga annti di kinta ferra assi klar kuma dia unga anju di nos sior assi grandi di allegria. ashi mes ku bosso ter. dies Lobu sua da bida kompredu lo-dapang kria so podeer, santu justru ” yang bermakna: “Pada tanggal 25 Desember, Tuhan telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal yaitu Juru Selamat agar supaya barang siapa yang percaya akan Dia jangan binasa, melainkan hidup yang kekal, dan hendaknya kita boleh menaruh harap pada-Nya”.
Dalam perayaan Natal mereka tidak diperkenankan meminum minuman keras, dan mereka menyanyikan kidung-kidung rohani secara khusuk selama tujuh hari sampai menjelang Tahun Baru. Sesudah kebaktian gereja pada Tahun Baru orang laki-laki memainkan musik keroncong Tugu sebuah musik yang sangat dipengaruhi oleh musik Portugis. Mereka berdansa dan minum-minuman keras sepuas-puasnya selama satu minggu. Pada hari ketujuh, mereka melakukan pesta penutupan Tahun Baru yang disebut pesta mandi-mandi. Dalam pesta ini mereka saling menggosokkan bedak ke wajah lawan jenisnya. Acara ini juga sebagai ajang pertemuan jodoh para viluvilu-vilavila (muda-mudi) .
Bahasa Kreol Portugis Tugu sampai dengan Awal Perang Dunia II
Schuhardt (1891) memberikan istilah Kreol Tugu dengan nama Malaioportugiesischen . Bangsa Belanda yang dalam politik bahasanya terkenal enggan untuk mengembangkan bahasa Belanda kepada pribumi karena alasan ekonomi dan politik, membiarkan bahasa Portugis dan bahasa Melayu sama-sama berkembang di tengah komunitas bahasa resmi mereka, bahasa Nederduits . Pendeta Benkhoff di Depok (1884) menyebut bahasa Kreol Portugis kampung Tugu dengan bahasa Portugis
Pada saat bahasa Belanda mulai mendominasi bahasa pemerintahan pada abad-abad selanjutnya diikuti dengan lenyapnya bahasa Portugis, maka komunitas pemakai bahasa ini praktis terdesak.
Setelah bangsa Belanda meninggalkan Indonesia dan terlebih dengan adanya prasarana jalan raya Tanjung Priok-Tugu yang dibangun oleh pemerintah Belanda menjelang Perang Dunia II maka daerah Tugu mulai ramai dengan pendatang yang kemudian bermukim di kampung Tugu. Perkampungan di sekitar kampung Tugu juga semakin padat. Keadaan ini mempersulit masyarakat Tugu untuk mempertahankan kemurnian bahasa dan budaya mereka.
Punah di awal Abad 21?
Bahasa yang jumlah pemakainya pada tahun 1940 berjumlah 300 orang dan pada jaman Jepang bertambah menjadi 400 orang, kini tinggal 40-50 saja. Bahkan menurut data terakhir saat penelitian ini dilakukan, jumlah pemakainya hanya beberapa orang saja yang umumnya sudah lansia. Hal ini diperparah dengan keengganan kaum muda untuk mempelajari bahasa mereka karena secara sosial ekonomi penguasaan bahasa ini dirasakan kurang menguntungkan mereka. Kini banyak terjadi perkawinan campuran dengan para pendatang. Dari gejala-gejala ini dapat diramalkan bahwa bahasa ini sangat sulit untuk dipertahankan eksistensinya dan tak terelakkan kepunahan bahasa ini pada awal abad 21 ini.
Contoh Kosa kata dan Kalimat Bahasa Kreol Tugu
Untuk memberikan gambaran mengenai bahasa Kreol Portugis di kampung Tugu berikut ini diberikan beberapa contoh kosa kata dalam bahasa Indonesia (BI), bahasa Kreol Portugis Tugu (KPT) dan bahasa Portugis (PT). Data diklasifikasikan dalam kelompok Nomina, Verba, Pronomina, Adverbia, Adjektiva, Numeralia dan Interogativa.
Keterangan : Penelitian ini belum rampung dan mengingat keterbatasan tempat, daftar kosa kata yang terkumpul tidak memungkinkan untuk ditampilkan di sini.
Kata Benda (Nomina)
BI
KPT
PT
Badan korpo corpo
Kepala kabesa cabeça
Muka korto cara, rosto
Dahi testa testa
Rambut kabelu cabelo
Telinga orela orelha
Mata olu olho
Hidung nares nariz
Mulut boka boca
Dagu barba parente
kumis bril bigode
buah pinggang nier* rim
Pusar imbigo umbigo
Belakang kosta costas
Suara tuada saudavel
butuh / pelir kote. cuni penis
Kata Kerja (Verba)
BI
KPT
PT
Ambil toma obter
Batuk tose tossir
Bawa lawa traser
bekerja sirbis trabalho
Berangkat kere paa Pasar/ partir
Kata Sifat (Adjektiva)
BI
KPT
PT
Asin salgado salgar
Baik bong Bom / boa
Baru nabu novo
Tua belu velho
Berani almi valentina
Berat fejedu pesado
Besar grandi grande
Kata Keterangan ( Adverbia)
BI
KPT
PT
di sini na aki aqui
Yang ki que
Hari dia dia
Lekas gas rapido
Dekat perto perto
Jauh lonji longe
Kata Sambung (Konjungsi)
BI
KPT
PT
Tetapi mer mas
Dengan ku com
jikalau, kalau alum bes se
Kata Depan (Preposisi)
BI
KPT
PT
Di na em
Dari dari de
di atas nariba sobre
di bawah na basu debaixo de
Dengan ku com
Kata Ganti Persona (Pronomina)
BI
KPT
PT
Dia ele, seng ele /ela
engkau, kamu bos tu
Ia seng ele/ela
Kami nos nos
Kita nos nos
Mereka jenti Eles / elas
Saya yo eu
Saya yo (kasar), parmi (halus)
Kata Tanya (Interogativa)
BI
KPT
PT
di mana na undi onde / aonde
Mengapa parki por qoue
Berapa kantu quantos
Apa gi que
Mana undi onde
Kata Bilangan (Numeralia)
BI
KPT
PT
satu unga un / una
dua dos dois
tiga tres três
empat kater quatro
lima singko cinco
enam ses seis
tujuh seti sete
delapan oitu oito
sembilan nabi nove
sepuluh des dez
sebelas onji onze
dua belas onji doji doze
dst.
Kata Ganti Milik (Possesiva)
BI
KPT
PT
saya punya mes sua (halus)
yo sua (kasar)
minha
kamu punya bos sua seu / sua
dia orang punya eleter sua seu / sua
siapa punya keng sua qua
kita punya nos sua
kami punya nos sua
Kata Tunjuk (Demonstrativa)
BI
KPT
PT
Ini iste este /esta
Sana ali /la
Sini aqui
Keterangan : Penelitian ini belum rampung dan mengingat keterbatasan tempat, daftar kosa kata yang terkumpul tidak memungkinkan untuk ditampilkan di sini.
Contoh Kalimat Sehari-hari bahasa Kreol Portugis di Kampung Tugu:
  • Saya suka atau tidak suka : Bos kere ning kere.
  • Duduklah! Santa!
  • Mengapa engkau menangis? Parki bos cura?
  • Saya tidak bias. Yo nungku cadu.
  • Saya abelum tahu. Yo ja sabe.
  • Letakkanlah! Taruhlah! Bota!
  • Engkau mau ke mana? Bos anda undi?
  • Nanti dulu. Ispra mas saint.
  • Sepuluh hari lagi baru kami berangkat. Des dia mas nubu yo anda.
  • Saya tidak mengizinkan. Yo ningker dah.
  • Dia sudah mati. Ele ja more.
  • Dia belum mati. Ele indana more .
  • Traus di atas api. Asah.
  • Sudah mendidih. Ja forbeh.
  • Sudah masak. Ja teng*.
  • Makanan sudah siap. Komaria juku lestu.
  • Saya pergi mandi dahulu. Yo anda limpa korpu.
  • Engkau sudah mandi? Bos ja limpa korpu?

Bibliografi

van Bree, Cor (1996) Historische Taalkunde. Leuven/Amersfoort: Acco Uitgeverij.
Grijns, C.D, J.W. de Vries and L. Santa Maria (1983) European Loan-Words in Indonesian- A Check-list of words of European origin in Bahasa Indonesia and Traditional Malay . Leiden : KITLV, Indonesian Etymological Project V.
Groeneboer, Kees (1993) Weg tot het Westen- Het Nederlands voor Indië 1600-1950. Leiden : KITLV.
Groeneboer (1995) Jalan ke Barat- Bahasa Belanda di Hindia Belanda 1600-1950 . Jakarta : Erasmus Educatief.
Heuken, Adolf (1999) Sumber-sumber Asli sejarah Jakarta I-Dokumen-dokumen sejarah Jakarta sampai dengan akhir abad ke-16. Jakarta : Cipta Loka Caraka.
da França, Antonio Pinto (2000) Pengaruh Portugis di Indonesia . Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Schuchardt, H.(1891) Kreolische Studien IX: Ûber das Malaioportugiesische von Batavia und Tugu. Wien: Tempsky. [Sitzungberichte Kaiserliche Akademie der Wissenschaffen in Wien; Philosophische Historische Klasse 122].
Kamus:
PortugueseDictionary (Portuguese-English/English-Portuguese by Maria Fernanda Allen (1994). Terbitan Plantin by Intype, London .
Dictionnaire Anglais (Fraçais-Anglais / Anglais – Français (1973) terbitan Hugo Language Books Ltd, Great Britain .
A Portuguse-English Dictionary by James L. Taylor, Lecturer , Institute of Hispanic
American and Luso-Brazilian Studies, Stanford University (1963). California : Stanford University Press. Second ed.
Wawancara:
Fernando Quiko 28 November 2004; 24 Januari 2005
SUMBER: LILIK SURATMINTO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar