tag:blogger.com,1999:blog-36343332727869118332023-07-17T22:02:19.553-07:00Bahasa dan Sastra IndonesiaSiska Meirita Rasyahttp://www.blogger.com/profile/15043248176260261563noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-3634333272786911833.post-37013421833116325132012-02-27T23:30:00.000-08:002012-02-27T23:31:20.336-08:00Pengertian pembelajaran<h1 class="firstHeading" id="firstHeading">Pembelajaran</h1><div id="siteSub">Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas</div><b>Pembelajaran</b> adalah setiap perubahan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku" title="Perilaku">perilaku</a> yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pengalaman" title="Pengalaman">pengalaman</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-belajar_0-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-belajar-0">[1]</a></sup> Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia" title="Manusia">manusia</a> dapat melihat <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan" title="Perubahan">perubahan</a> terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.<sup class="reference" id="cite_ref-belajar_0-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-belajar-0">[1]</a></sup> Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati:<br />
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top">Anda telah melihat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Individu" title="Individu">individu</a> mengalami pembelajaran, melihat individu <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku" title="Perilaku">berperilaku</a> dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya<sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-1">[2]</a></sup>.<br />
<a name='more'></a></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><table class="toc" id="toc"><tbody>
<tr> <td><div id="toctitle"><h2>Daftar isi</h2><span class="toctoggle"> [<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#" id="togglelink">sembunyikan</a>] </span></div><ul><li class="toclevel-1 tocsection-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Pembelajaran_dalam_dunia_pendidikan"><span class="tocnumber">1</span> <span class="toctext">Pembelajaran dalam dunia pendidikan</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Teori_pembelajaran"><span class="tocnumber">2</span> <span class="toctext">Teori pembelajaran</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Prinsip-prinsip_pembelajaran"><span class="tocnumber">3</span> <span class="toctext">Prinsip-prinsip pembelajaran</span></a> <ul><li class="toclevel-2 tocsection-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Perhatian_dan_Motivasi"><span class="tocnumber">3.1</span> <span class="toctext">Perhatian dan Motivasi</span></a></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-5"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Keaktifan"><span class="tocnumber">3.2</span> <span class="toctext">Keaktifan</span></a></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-6"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Keterlibatan_Langsung.2FPengalaman"><span class="tocnumber">3.3</span> <span class="toctext">Keterlibatan Langsung/Pengalaman</span></a></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-7"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Pengulangan"><span class="tocnumber">3.4</span> <span class="toctext">Pengulangan</span></a></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-8"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Tantangan"><span class="tocnumber">3.5</span> <span class="toctext">Tantangan</span></a></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-9"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Balikan_dan_Penguatan"><span class="tocnumber">3.6</span> <span class="toctext">Balikan dan Penguatan</span></a></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-10"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Perbedaan_Individual"><span class="tocnumber">3.7</span> <span class="toctext">Perbedaan Individual</span></a></li>
</ul></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-11"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Pengondisian_klasik"><span class="tocnumber">4</span> <span class="toctext">Pengondisian klasik</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-12"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Pengondisian_operant"><span class="tocnumber">5</span> <span class="toctext">Pengondisian operant</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-13"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Pembelajaran_sosial"><span class="tocnumber">6</span> <span class="toctext">Pembelajaran sosial</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-14"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Metode_pembentukan_perilaku"><span class="tocnumber">7</span> <span class="toctext">Metode pembentukan perilaku</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-15"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Lihat_pula"><span class="tocnumber">8</span> <span class="toctext">Lihat pula</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-16"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#Referensi"><span class="tocnumber">9</span> <span class="toctext">Referensi</span></a></li>
</ul></td> </tr>
</tbody></table><h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=1" title="Sunting bagian: Pembelajaran dalam dunia pendidikan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pembelajaran_dalam_dunia_pendidikan">Pembelajaran dalam dunia pendidikan</span></h2><b>Pembelajaran</b> adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.<br />
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.<br />
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=2" title="Sunting bagian: Teori pembelajaran">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Teori_pembelajaran">Teori pembelajaran</span></h2>Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengkondisian klasik, pengkondisian operan, dan pembelajaran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sosial" title="Sosial">sosial</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-belajar_0-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-belajar-0">[1]</a></sup><br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=3" title="Sunting bagian: Prinsip-prinsip pembelajaran">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Prinsip-prinsip_pembelajaran">Prinsip-prinsip pembelajaran</span></h2>Berikut ini adalah prinsip umum pembelajaran yang penulis rangkum dari beberapa pakar pembelajaran yang meliputi:<br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=4" title="Sunting bagian: Perhatian dan Motivasi">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Perhatian_dan_Motivasi">Perhatian dan Motivasi</span></h3>Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan perhatiannya. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan<br />
<ul><li>bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar;</li>
<li>berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut;</li>
<li>Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.</li>
</ul>Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan, memberikan insentif dan juga motivasi berprestasi.<br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=5" title="Sunting bagian: Keaktifan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Keaktifan">Keaktifan</span></h3>Menurut pandangan psikologi anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum "law of exercise"-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan belajar diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin paham. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie bahwa individu merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu". Dalam proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya.<br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=6" title="Sunting bagian: Keterlibatan Langsung/Pengalaman">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Keterlibatan_Langsung.2FPengalaman">Keterlibatan Langsung/Pengalaman</span></h3>Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa "mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan "mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan belajar dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsof Cina Confocius, bahwa:<br />
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top">apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham. Dari kata-kata bijak ini kita dapat mengetahui betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran.</td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=7" title="Sunting bagian: Pengulangan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pengulangan">Pengulangan</span></h3>Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan sempurna. Dalam proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan" akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat ringkasan. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme-nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar.<br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=8" title="Sunting bagian: Tantangan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Tantangan">Tantangan</span></h3>Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, <i>inquiri</i>, <i>discovery</i> juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan.<br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=9" title="Sunting bagian: Balikan dan Penguatan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Balikan_dan_Penguatan">Balikan dan Penguatan</span></h3>Prinsip belajar yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan adalah teori belajar <i>operant conditioning</i> dari B.F. Skinner.Kunci dari teori ini adalah hukum effeknya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, jika disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung diulangi. Sebaliknya jika perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi lagi. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apabila hasilnya baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu tidak saja dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan, atau dengan kata lain adanya penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar. Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan mendapat nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan <i>operan conditioning</i> atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar yang lebih giat. Di sini nilai jelek dan takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut penguatan negatif.<br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=10" title="Sunting bagian: Perbedaan Individual">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Perbedaan_Individual">Perbedaan Individual</span></h3>Siswa merupakan makhluk individu yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memiliki tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan temponya masing-masing. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan kalsik yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=11" title="Sunting bagian: Pengondisian klasik">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pengondisian_klasik">Pengondisian klasik</span></h2><div class="thumb tright"><div class="thumbinner" style="width: 142px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Ivan_Pavlov_%28Nobel%29.png&filetimestamp=20051212205113"><img alt="" class="thumbimage" height="198" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/56/Ivan_Pavlov_%28Nobel%29.png" width="140" /></a> <br />
<div class="thumbcaption"><div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Ivan_Pavlov_%28Nobel%29.png&filetimestamp=20051212205113" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Ivan Pavlov, ahli fisiolog dari Rusia yang memperkenalkan Teori Pengkondisian Klasik</div></div></div>Pengkondisian klasik adalah jenis pengkondisian di mana individu merespon beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru.<sup class="reference" id="cite_ref-belajar_0-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-belajar-0">[1]</a></sup> Teori ini tumbuh berdasarkan eksperimen untuk mengajari anjing mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap bel yang berdering, dilakukan pada awal tahun 1900-an oleh seorang ahli fisolog Rusia bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ivan_Pavlov" title="Ivan Pavlov">Ivan Pavlov</a><sup class="reference" id="cite_ref-ivan_2-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-ivan-2">[3]</a></sup>.<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=12" title="Sunting bagian: Pengondisian operant">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pengondisian_operant">Pengondisian operant</span></h2>Pengkondisian operan adalah jenis penglondisian di mana perilaku sukarela yang diharapkan menghasilkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penghargaan" title="Penghargaan">penghargaan</a> atau mencegah sebuah hukuman.<sup class="reference" id="cite_ref-belajar_0-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-belajar-0">[1]</a></sup> Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku" title="Perilaku">perilaku</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-belajar_0-5"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-belajar-0">[1]</a></sup> Dengan demikian, penegasan akan memperkuat sebuah perilaku dan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut diulangi.<sup class="reference" id="cite_ref-belajar_0-6"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-belajar-0">[1]</a></sup><br />
Apa yang dilakukan Pavlov untuk pengkondisian klasik, oleh psikolog Harvard, B. F. Skinner, dilakukan pengkondisian operan<sup class="reference" id="cite_ref-operant_3-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-operant-3">[4]</a></sup>. Skinner mengemukakan bahwa menciptakan konsekuensi yang menyenangkan untuk mengikuti bentuk perilaku tertentu akan meningkatkan frekuensi perilaku tersebut<sup class="reference" id="cite_ref-operant_3-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-operant-3">[4]</a></sup>.<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=13" title="Sunting bagian: Pembelajaran sosial">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pembelajaran_sosial">Pembelajaran sosial</span></h2>Pembelajaran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sosial" title="Sosial">sosial</a> adalah pandangan bahwa orang-orang dapat belajar melalui pengamatan dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pengalaman" title="Pengalaman">pengalaman</a> langsung.<sup class="reference" id="cite_ref-sosial_4-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-sosial-4">[5]</a></sup> Meskipun teori pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengkondisian operan, teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi. Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi" title="Persepsi">persepsi</a> dalam pembelajaran.<sup class="reference" id="cite_ref-sosial_4-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-sosial-4">[5]</a></sup><br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=14" title="Sunting bagian: Metode pembentukan perilaku">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Metode_pembentukan_perilaku">Metode pembentukan perilaku</span></h2>Ketika seseorang mencoba untuk membentuk individu dengan membimbingnya selama pembelajaran yang dilakukan secara bertahap, orang tersebut sedang melakukan pembentukan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku" title="Perilaku">perilaku</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-belajar_0-7"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-belajar-0">[1]</a></sup> Pembentukan perilaku adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan langkah yang menggerakkan seorang individu lebih dekat terhadap respons yang diharapkan.<sup class="reference" id="cite_ref-belajar_0-8"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-belajar-0">[1]</a></sup> Terdapat empat cara pembentukan perilaku: melalui penegasan positif, penegasan negatif, hukuman, dan peniadaan.<sup class="reference" id="cite_ref-belajar_0-9"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran#cite_note-belajar-0">[1]</a></sup><br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembelajaran&action=edit&section=15" title="Sunting bagian: Lihat pula">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Lihat_pula"></span></h2>Siska Meirita Rasyahttp://www.blogger.com/profile/15043248176260261563noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3634333272786911833.post-65523004233585886682012-02-27T20:25:00.001-08:002012-02-27T20:39:07.754-08:00Bahasa Pijin<div align="justify">Pada bulan November 2004 saya mendapat kesempatan berkunjung ke Kampung Tugu di daerah Semper, Kecamatan Koja Jakarta Utara. Pada waktu itu kebetulan hari Minggu dan di Gereja Tugu sedang ada kebaktian. Sebagian besar jemaatnya terdiri dari masyarakat kampung Tugu sendiri. Sebelum melihat-lihat gereja Tugu saya singgah di pemakaman penduduk kampung Tugu. Yang menarik adalah inskripsi pada batu-batu nisan yang hampir semuanya memakai nama keluarga misalnya Quiko, Abrahams, Michiels, Andries, Browne, Salomons dan lain-lain. Ini jelas bukan nama keluarga orang Belanda atau orang Maluku atau suku bangsa lain di Indonesia. Ini bukan nama bangsa Eropa tetapi nama-nama keluarga penduduk kampung Tugu yang dimakamkan di sini.<br />
<a name='more'></a></div><div align="justify">Saya diterima oleh bapak Fernando Quiko seorang tokoh masyarakat Tugu. Karena keingintahuan saya mengenai bahasa dan budaya kampung Tugu demikian besar maka dari pertemuan-pertemuan selanjutnya saya berhasil mengumpulkan kosa kata bahasa Kreol Portugis kampung Tugu. Daftar kosa kata semakin lengkap dengan diperkenankannya saya untuk menyalin catatan-catatan yang dibuat oleh ayah bapak Quiko yang telah almarhum. </div><b>Terbentuknya Bahasa Kreol Portugis</b> <br />
<div align="justify">Saya sering bertanya-tanya mengapa orang Belanda yang telah menguasai Indonesia selama hampir empat abad bahasa Belanda tidak pernah bisa menjadi bahasa pijin apalagi menjadi bahasa Kreol Belanda. Pertanyaan ini telah dijawab oleh Kees Groeneboer dalam disertasinya yang berjudul Weg tot het Westen (1993) yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Erasmus Educatief dengan judul Jalan ke Barat (1995). </div><div align="justify">Bahasa pijin (pidgin) muncul melalui proses pembelajaran bahasa kedua karena desakan keadaan misalnya di perkebunan, di mana para budak dari berbagai wilayah di Afrika dipekerjakan dalam satu tempat dan mereka harus saling berkomunikasi dengan sesama mereka di samping dengan pihak yang berkuasa yaitu tuan mereka. Varitas bahasa muncul dari proses fosilisasi dan konvensionalisasi ( van Bree, 1990: 272). </div><div align="justify">Apabila bahasa ini kemudian diwariskan kepada anak-anak mereka dan kemudian fungsi bahasa diikuti oleh perkembangan struktur bahasanya baik terjadi secara tiba-tiba dalam satu generasi atau secara berangsur yang melibatkan generasi-generasi selanjutnya, proses ini disebut proses kreolisasi. Istilah kreol berasal dari bahasa Prancis créole atau dari bahasa Spanyol criollo yang bermakna ‘bawaan lahiriah'. Bahasa pijin dengan demikian juga termasuk bahasa kreol. </div><div align="justify">Masyarakat kampung Tugu cikal bakalnya berasal dari orang-orang berbahasa Portugis dari berbagai koloni Portugis di Malaka, Pantai Malabar, Kalkuta, Surate, Koromandel, Goa dan Ceylon ( Sri Lanka ). Mereka pada paroh kedua abad 17 diboyong Kompeni ke Batavia sebagai tawanan perang dan mereka mula-mula ditempatkan di sekitar Portugese Kerk atau Gereja Portugis (Sekarang bernama Gereja Sion di Jl. Pangeran Jayakarta) kemudian sebagian besar dari mereka pindah ke kampung Tugu. Karena letak kampung Tugu terisolasi dengan daerah sekitarnya, mereka dapat mempertahankan bahasa dan budaya mereka dalam waktu hampir 200 tahun. </div><div align="justify">Menurut undang-undang Kompeni mereka tidak boleh dijadikan budak karena mereka beragama Katolik. Oleh karena itu mereka dimerdekakan dengan syarat mereka harus memeluk agama Kristen Protestan. Mereka disebut orang-orang mardyker dalam ejaan bahasa dari bahasa Sanskrit ‘mahardika ' yang bermakna ‘bebas'. Kata mardijker kemudian dipungut dalam bahasa Indonesia menjadi kata ‘merdeka' namun dengan makna yang berbeda. ‘bebas dari penjajah'. </div><div align="justify"><b>Hubungan Bangsa Portugis dengan Bangsa Indonesia</b> </div><div align="justify">Selama satu abad menjelang kedatangan bangsa Belanda di bumi Nusantara bangsa Portugis telah mengadakan kontak budaya dengan suku-suku bangsa di Nusantara. Sebagai buktinya adalah dengan ditemukannya batu padrao di persimpangan antara Jl. Cengkeh dan Jl. Kali Besar Timur Jakarta. Padrao yang atau prasasti Portugis bertanggal 21 Agustus 1522 tersebut ditemukan pada tahun 1918 ketika pemerintah Hindia-Belanda mengadakan reklamasi daerah itu. </div><div align="justify">Padrao (kini disimpan di Museum Nasional Jakarta ) tingginya kira-kira 2 meter didirikan oleh orang-orang Portugis sebagai tanda bahwa telah diadakan suatu perjanjian dengan raja setempat (di sini Prabu Surawisesa raja Pasundan/ Pajajaran). Menyusul prasasti ini telah diadakan suatu Perjanjian Sunda Kelapa antara Portugis dan Raja Sunda (berita pengadaan naskah dan naskah perjanjian yang disusun oleh J.d. Barros kini tersimpan dalam Arsip Nasional Torre do Tombo di Lisabon-Portugal). Perjanjian ini merupakan dokumen internasional pertama yang menyebut namanya, tokoh-tokohnya, hubungan niaganya, perannya dalam kerajaan Sunda dan dalam percaturan politik pada masa itu (Heuken, 1999: 47-55) </div><div align="justify"><b>Pengaruh Bahasa Portugis dalam Bahasa Indonesia</b> </div><div align="justify">Sejak kedatangan bangsa Portugis di Indonesia telah terjadi pengaruh bahasa Portugis terhadap bahasa Indonesia . Pengaruh ini nampak jelas pada banyaknya jumlah kosa kata Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis yang telah disusun dalam daftar kosa kata yang diterbitkan oleh Indonesian Etymological Project V oleh Grijns et al tahun 1983, dalam European Loan-words in Indonesian- A check-list of words of European origin in bahasa Indonesia and Traditional Malay . </div><div align="justify">Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Antonio Pinto da França (1970) dalam bukunya A Influencia Portuguesa na Indonesia (buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Pustaka SH th. 2000 dengan judul Pengaruh Portugis di Indonesia ) dalam bahasa Indonesia kita dewasa ini ada banyak kosa kata yang berasal dari bahasa Portugis, misalnya: armada, bola, pena, roda, ronda, sisa, tenda, tinta , maco. Ada juga kosa kata yang mengalami perubahan ucapan, misalnya: algojo (algoz), bangku (banco), bantal (avental), bendera (bandeira), biola (viola), bolu (balo), boneca (boneca), jendela (janela), gereja (igreja), kaldu (caldo), kantin (cantina), kemeja (camisa), kereta (carreta), meja (mesa), mentega (manteiga), pesiar (passear), pigura (figura), pita (fita), sepatu (sapato), serdadu (soldado), cerutu (charuto), tolol (tolo) dan masih banyak lagi. </div><div align="justify"><b>Pesta mandi-mandi</b> </div><div align="justify">Orang- mardeiker di kampung Tugu semakin lama menunjukkan ciri identitas kelompok mereka yang unik. Mialnya, pada saat perayaan Natal sebelum seorang tamu masuk rumah dan berjabat tangan dengan tuan rumah mereka harus mengucapkan kalimat ini: </div><blockquote><div align="justify"><i>“ Bi singku dia Desember, nasedu di nos sior, nos sior jabina mundu. Libra nos pekador, unga annti di kinta ferra assi klar kuma dia unga anju di nos sior assi grandi di allegria. ashi mes ku bosso ter. dies Lobu sua da bida kompredu lo-dapang kria so podeer, santu justru ” yang bermakna: “Pada tanggal 25 Desember, Tuhan telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal yaitu Juru Selamat agar supaya barang siapa yang percaya akan Dia jangan binasa, melainkan hidup yang kekal, dan hendaknya kita boleh menaruh harap pada-Nya”.</i> </div></blockquote><div align="justify">Dalam perayaan Natal mereka tidak diperkenankan meminum minuman keras, dan mereka menyanyikan kidung-kidung rohani secara khusuk selama tujuh hari sampai menjelang Tahun Baru. Sesudah kebaktian gereja pada Tahun Baru orang laki-laki memainkan musik keroncong Tugu sebuah musik yang sangat dipengaruhi oleh musik Portugis. Mereka berdansa dan minum-minuman keras sepuas-puasnya selama satu minggu. Pada hari ketujuh, mereka melakukan pesta penutupan Tahun Baru yang disebut pesta mandi-mandi. Dalam pesta ini mereka saling menggosokkan bedak ke wajah lawan jenisnya. Acara ini juga sebagai ajang pertemuan jodoh para viluvilu-vilavila (muda-mudi) . </div><div align="justify"><b>Bahasa Kreol Portugis Tugu sampai dengan Awal Perang Dunia II</b> </div><div align="justify">Schuhardt (1891) memberikan istilah Kreol Tugu dengan nama Malaioportugiesischen . Bangsa Belanda yang dalam politik bahasanya terkenal enggan untuk mengembangkan bahasa Belanda kepada pribumi karena alasan ekonomi dan politik, membiarkan bahasa Portugis dan bahasa Melayu sama-sama berkembang di tengah komunitas bahasa resmi mereka, bahasa Nederduits . Pendeta Benkhoff di Depok (1884) menyebut bahasa Kreol Portugis kampung Tugu dengan bahasa Portugis </div><div align="justify">Pada saat bahasa Belanda mulai mendominasi bahasa pemerintahan pada abad-abad selanjutnya diikuti dengan lenyapnya bahasa Portugis, maka komunitas pemakai bahasa ini praktis terdesak. </div><div align="justify">Setelah bangsa Belanda meninggalkan Indonesia dan terlebih dengan adanya prasarana jalan raya Tanjung Priok-Tugu yang dibangun oleh pemerintah Belanda menjelang Perang Dunia II maka daerah Tugu mulai ramai dengan pendatang yang kemudian bermukim di kampung Tugu. Perkampungan di sekitar kampung Tugu juga semakin padat. Keadaan ini mempersulit masyarakat Tugu untuk mempertahankan kemurnian bahasa dan budaya mereka. </div><div align="justify"><b>Punah di awal Abad 21?</b> </div><div align="justify">Bahasa yang jumlah pemakainya pada tahun 1940 berjumlah 300 orang dan pada jaman Jepang bertambah menjadi 400 orang, kini tinggal 40-50 saja. Bahkan menurut data terakhir saat penelitian ini dilakukan, jumlah pemakainya hanya beberapa orang saja yang umumnya sudah lansia. Hal ini diperparah dengan keengganan kaum muda untuk mempelajari bahasa mereka karena secara sosial ekonomi penguasaan bahasa ini dirasakan kurang menguntungkan mereka. Kini banyak terjadi perkawinan campuran dengan para pendatang. Dari gejala-gejala ini dapat diramalkan bahwa bahasa ini sangat sulit untuk dipertahankan eksistensinya dan tak terelakkan kepunahan bahasa ini pada awal abad 21 ini. </div><div align="justify"><b>Contoh Kosa kata dan Kalimat Bahasa Kreol Tugu</b> </div><div align="justify">Untuk memberikan gambaran mengenai bahasa Kreol Portugis di kampung Tugu berikut ini diberikan beberapa contoh kosa kata dalam bahasa Indonesia (BI), bahasa Kreol Portugis Tugu (KPT) dan bahasa Portugis (PT). Data diklasifikasikan dalam kelompok Nomina, Verba, Pronomina, Adverbia, Adjektiva, Numeralia dan Interogativa. </div><div align="justify">Keterangan : Penelitian ini belum rampung dan mengingat keterbatasan tempat, daftar kosa kata yang terkumpul tidak memungkinkan untuk ditampilkan di sini.</div><div align="center" class="style1"><b>Kata Benda (Nomina) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="95"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="57"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Badan </td><td class="style1" valign="top" width="95">korpo </td><td class="style1" valign="top" width="57">corpo </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Kepala </td><td class="style1" valign="top" width="95">kabesa </td><td class="style1" valign="top" width="57">cabeça </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Muka </td><td class="style1" valign="top" width="95">korto </td><td class="style1" valign="top" width="57">cara, rosto </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Dahi </td><td class="style1" valign="top" width="95">testa </td><td class="style1" valign="top" width="57">testa </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Rambut </td><td class="style1" valign="top" width="95">kabelu </td><td class="style1" valign="top" width="57">cabelo </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Telinga </td><td class="style1" valign="top" width="95">orela </td><td class="style1" valign="top" width="57">orelha </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Mata </td><td class="style1" valign="top" width="95">olu </td><td class="style1" valign="top" width="57">olho </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Hidung </td><td class="style1" valign="top" width="95">nares </td><td class="style1" valign="top" width="57">nariz </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Mulut </td><td class="style1" valign="top" width="95">boka </td><td class="style1" valign="top" width="57">boca </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Dagu </td><td class="style1" valign="top" width="95">barba </td><td class="style1" valign="top" width="57">parente </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">kumis </td><td class="style1" valign="top" width="95">bril </td><td class="style1" valign="top" width="57">bigode </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">buah pinggang </td><td class="style1" valign="top" width="95">nier* </td><td class="style1" valign="top" width="57">rim </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Pusar </td><td class="style1" valign="top" width="95">imbigo </td><td class="style1" valign="top" width="57">umbigo </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Belakang </td><td class="style1" valign="top" width="95">kosta </td><td class="style1" valign="top" width="57">costas </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">Suara </td><td class="style1" valign="top" width="95">tuada </td><td class="style1" valign="top" width="57">saudavel </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="112">butuh / pelir </td><td class="style1" valign="top" width="95">kote. cuni </td><td class="style1" valign="top" width="57">penis </td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="style1"><b>Kata Kerja (Verba) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 268px;"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="114"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="97"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="55"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="114">Ambil </td><td class="style1" valign="top" width="97">toma </td><td class="style1" valign="top" width="55">obter </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="114">Batuk </td><td class="style1" valign="top" width="97">tose </td><td class="style1" valign="top" width="55">tossir </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="114">Bawa </td><td class="style1" valign="top" width="97">lawa </td><td class="style1" valign="top" width="55">traser </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="114">bekerja </td><td class="style1" valign="top" width="97">sirbis </td><td class="style1" valign="top" width="55">trabalho </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="114">Berangkat </td><td class="style1" valign="top" width="97">kere paa </td><td class="style1" valign="top" width="55">Pasar/ partir </td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="style1"><b>Kata Sifat (Adjektiva) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 269px;"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="116"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="95"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="56"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="116">Asin </td><td class="style1" valign="top" width="95">salgado </td><td class="style1" valign="top" width="56">salgar </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="116">Baik </td><td class="style1" valign="top" width="95">bong </td><td class="style1" valign="top" width="56">Bom / boa </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="116">Baru </td><td class="style1" valign="top" width="95">nabu </td><td class="style1" valign="top" width="56">novo </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="116">Tua </td><td class="style1" valign="top" width="95">belu </td><td class="style1" valign="top" width="56">velho </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="116">Berani </td><td class="style1" valign="top" width="95">almi </td><td class="style1" valign="top" width="56">valentina </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="116">Berat </td><td class="style1" valign="top" width="95">fejedu </td><td class="style1" valign="top" width="56">pesado </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="116">Besar </td><td class="style1" valign="top" width="95">grandi </td><td class="style1" valign="top" width="56">grande </td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="style1"><b>Kata Keterangan ( Adverbia) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 269px;"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="118"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="91"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="51"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="118">di sini </td><td class="style1" valign="top" width="91">na aki </td><td class="style1" valign="top" width="51">aqui </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="118">Yang </td><td class="style1" valign="top" width="91">ki </td><td class="style1" valign="top" width="51">que </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="118">Hari </td><td class="style1" valign="top" width="91">dia </td><td class="style1" valign="top" width="51">dia </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="118">Lekas </td><td class="style1" valign="top" width="91">gas </td><td class="style1" valign="top" width="51">rapido </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="118">Dekat </td><td class="style1" valign="top" width="91">perto </td><td class="style1" valign="top" width="51">perto </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="118">Jauh </td><td class="style1" valign="top" width="91">lonji </td><td class="style1" valign="top" width="51">longe </td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="style1"><b>Kata Sambung (Konjungsi) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="93"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="54"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">Tetapi </td><td class="style1" valign="top" width="93">mer </td><td class="style1" valign="top" width="54">mas </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">Dengan </td><td class="style1" valign="top" width="93">ku </td><td class="style1" valign="top" width="54">com </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">jikalau, kalau </td><td class="style1" valign="top" width="93">alum bes </td><td class="style1" valign="top" width="54">se </td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="style1"><b>Kata Depan (Preposisi) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="95"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="52"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">Di </td><td class="style1" valign="top" width="95">na </td><td class="style1" valign="top" width="52">em </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">Dari </td><td class="style1" valign="top" width="95">dari </td><td class="style1" valign="top" width="52">de </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">di atas </td><td class="style1" valign="top" width="95">nariba </td><td class="style1" valign="top" width="52">sobre </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">di bawah </td><td class="style1" valign="top" width="95">na basu </td><td class="style1" valign="top" width="52">debaixo de </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">Dengan </td><td class="style1" valign="top" width="95">ku </td><td class="style1" valign="top" width="52">com </td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="style1"><b>Kata Ganti Persona (Pronomina) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="97"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="51"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">Dia </td><td class="style1" valign="top" width="97">ele, seng </td><td class="style1" valign="top" width="51">ele /ela </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">engkau, kamu </td><td class="style1" valign="top" width="97">bos </td><td class="style1" valign="top" width="51">tu </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">Ia </td><td class="style1" valign="top" width="97">seng </td><td class="style1" valign="top" width="51">ele/ela </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">Kami </td><td class="style1" valign="top" width="97">nos </td><td class="style1" valign="top" width="51">nos </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">Kita </td><td class="style1" valign="top" width="97">nos </td><td class="style1" valign="top" width="51">nos </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">Mereka </td><td class="style1" valign="top" width="97">jenti </td><td class="style1" valign="top" width="51">Eles / elas </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">Saya </td><td class="style1" valign="top" width="97">yo </td><td class="style1" valign="top" width="51">eu </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="122">Saya </td><td class="style1" valign="top" width="97">yo (kasar), parmi (halus) </td><td class="style1" valign="top" width="51"></td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="style1"><b>Kata Tanya (Interogativa) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="2" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="124"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="97"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="50"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="124">di mana </td><td class="style1" valign="top" width="97">na undi </td><td class="style1" valign="top" width="50">onde / aonde </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="124">Mengapa </td><td class="style1" valign="top" width="97">parki </td><td class="style1" valign="top" width="50">por qoue </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="124">Berapa </td><td class="style1" valign="top" width="97">kantu </td><td class="style1" valign="top" width="50">quantos </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="124">Apa </td><td class="style1" valign="top" width="97">gi </td><td class="style1" valign="top" width="50">que </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="124">Mana </td><td class="style1" valign="top" width="97">undi </td><td class="style1" valign="top" width="50">onde </td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="style1"><b>Kata Bilangan (Numeralia) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="2" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="101"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="47"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">satu </td><td class="style1" valign="top" width="101">unga </td><td class="style1" valign="top" width="47">un / una </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">dua </td><td class="style1" valign="top" width="101">dos </td><td class="style1" valign="top" width="47">dois </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">tiga </td><td class="style1" valign="top" width="101">tres </td><td class="style1" valign="top" width="47">três </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">empat </td><td class="style1" valign="top" width="101">kater </td><td class="style1" valign="top" width="47">quatro </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">lima </td><td class="style1" valign="top" width="101">singko </td><td class="style1" valign="top" width="47">cinco </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">enam </td><td class="style1" valign="top" width="101">ses </td><td class="style1" valign="top" width="47">seis </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">tujuh </td><td class="style1" valign="top" width="101">seti </td><td class="style1" valign="top" width="47">sete </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">delapan </td><td class="style1" valign="top" width="101">oitu </td><td class="style1" valign="top" width="47">oito </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">sembilan </td><td class="style1" valign="top" width="101">nabi </td><td class="style1" valign="top" width="47">nove </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">sepuluh </td><td class="style1" valign="top" width="101">des </td><td class="style1" valign="top" width="47">dez </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">sebelas </td><td class="style1" valign="top" width="101">onji </td><td class="style1" valign="top" width="47">onze </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">dua belas </td><td class="style1" valign="top" width="101">onji doji </td><td class="style1" valign="top" width="47">doze </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="123">dst. </td><td class="style1" valign="top" width="101"></td><td class="style1" valign="top" width="47"></td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="style1"><b>Kata Ganti Milik (Possesiva) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="2" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="102"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="49"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121">saya punya </td><td class="style1" valign="top" width="102">mes sua (halus)<br />
yo sua (kasar) </td><td class="style1" valign="top" width="49">minha </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121">kamu punya </td><td class="style1" valign="top" width="102">bos sua </td><td class="style1" valign="top" width="49">seu / sua </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121">dia orang punya </td><td class="style1" valign="top" width="102">eleter sua </td><td class="style1" valign="top" width="49">seu / sua </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121">siapa punya </td><td class="style1" valign="top" width="102">keng sua </td><td class="style1" valign="top" width="49">qua </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121">kita punya </td><td class="style1" valign="top" width="102">nos sua </td><td class="style1" valign="top" width="49"></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121">kami punya </td><td class="style1" valign="top" width="102">nos sua </td><td class="style1" valign="top" width="49"></td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="style1"><b>Kata Tunjuk (Demonstrativa) </b></div><table align="center" border="0" cellpadding="2" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121"><div align="left"><b>BI </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="102"><div align="left"><b>KPT </b></div></td><td class="style1" valign="top" width="47"><div align="left"><b>PT </b></div></td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121">Ini </td><td class="style1" valign="top" width="102">iste </td><td class="style1" valign="top" width="47">este /esta </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121">Sana </td><td class="style1" valign="top" width="102"></td><td class="style1" valign="top" width="47">ali /la </td></tr>
<tr><td class="style1" valign="top" width="121">Sini </td><td class="style1" valign="top" width="102"></td><td class="style1" valign="top" width="47">aqui </td></tr>
</tbody></table><div align="center">Keterangan : Penelitian ini belum rampung dan mengingat keterbatasan tempat, daftar kosa kata yang terkumpul tidak memungkinkan untuk ditampilkan di sini. </div>Contoh Kalimat Sehari-hari bahasa Kreol Portugis di Kampung Tugu: <br />
<ul><li><div>Saya suka atau tidak suka : Bos kere ning kere. </div></li>
<li><div>Duduklah! Santa! </div></li>
<li><div>Mengapa engkau menangis? Parki bos cura? </div></li>
<li><div>Saya tidak bias. Yo nungku cadu. </div></li>
<li><div>Saya abelum tahu. Yo ja sabe. </div></li>
<li><div>Letakkanlah! Taruhlah! Bota! </div></li>
<li><div>Engkau mau ke mana? Bos anda undi? </div></li>
<li><div>Nanti dulu. Ispra mas saint. </div></li>
<li><div>Sepuluh hari lagi baru kami berangkat. Des dia mas nubu yo anda. </div></li>
<li><div>Saya tidak mengizinkan. Yo ningker dah. </div></li>
<li><div>Dia sudah mati. Ele ja more. </div></li>
<li><div>Dia belum mati. Ele indana more . </div></li>
<li><div>Traus di atas api. Asah. </div></li>
<li><div>Sudah mendidih. Ja forbeh. </div></li>
<li><div>Sudah masak. Ja teng*. </div></li>
<li><div>Makanan sudah siap. Komaria juku lestu. </div></li>
<li><div>Saya pergi mandi dahulu. Yo anda limpa korpu. </div></li>
<li><div>Engkau sudah mandi? Bos ja limpa korpu? </div></li>
</ul><h4>Bibliografi</h4>van Bree, Cor (1996) Historische Taalkunde. Leuven/Amersfoort: Acco Uitgeverij.<br />
Grijns, C.D, J.W. de Vries and L. Santa Maria (1983) European Loan-Words in Indonesian- A Check-list of words of European origin in Bahasa Indonesia and Traditional Malay . Leiden : KITLV, Indonesian Etymological Project V.<br />
Groeneboer, Kees (1993) Weg tot het Westen- Het Nederlands voor Indië 1600-1950. Leiden : KITLV.<br />
Groeneboer (1995) Jalan ke Barat- Bahasa Belanda di Hindia Belanda 1600-1950 . Jakarta : Erasmus Educatief.<br />
Heuken, Adolf (1999) Sumber-sumber Asli sejarah Jakarta I-Dokumen-dokumen sejarah Jakarta sampai dengan akhir abad ke-16. Jakarta : Cipta Loka Caraka.<br />
da França, Antonio Pinto (2000) Pengaruh Portugis di Indonesia . Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.<br />
Schuchardt, H.(1891) Kreolische Studien IX: Ûber das Malaioportugiesische von Batavia und Tugu. Wien: Tempsky. [Sitzungberichte Kaiserliche Akademie der Wissenschaffen in Wien; Philosophische Historische Klasse 122]. <br />
Kamus:<br />
PortugueseDictionary (Portuguese-English/English-Portuguese by Maria Fernanda Allen (1994). Terbitan Plantin by Intype, London .<br />
Dictionnaire Anglais (Fraçais-Anglais / Anglais – Français (1973) terbitan Hugo Language Books Ltd, Great Britain .<br />
A Portuguse-English Dictionary by James L. Taylor, Lecturer , Institute of Hispanic<br />
American and Luso-Brazilian Studies, Stanford University (1963). California : Stanford University Press. Second ed. <br />
Wawancara:<br />
Fernando Quiko 28 November 2004; 24 Januari 2005 <br />
<h6>SUMBER: LILIK SURATMINTO</h6>Siska Meirita Rasyahttp://www.blogger.com/profile/15043248176260261563noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3634333272786911833.post-59519681081003678302012-02-27T19:30:00.004-08:002012-02-27T23:31:20.336-08:00Bahasa gaul<div id="content-inner"><div id="content-header"><h1 class="title">Bahasa Gaul </h1></div><div class="node node-first node-type-page"><div class="node-inner clear-block"><div class="content clear-block">Bahasa Gaul, Bahasa prokem merupakan bahasa pergaulan. Bahasa ini kadang merupakan bahasa sandi, yang dipahamu oleh kalangan tertentu. Bahasa ini konon dimulai dari golongan preman. Bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan tertentu, bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa, penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, singkatan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi.<br />
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).<br />
Bahasa akan selalu berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya, baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisi psikologis dari penggunanya. Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa pejabat/politikus, ragam bahasa anak-anak, termasuk ragam bahasa gaul. Hal tersebut merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus berkembang dan memiliki aneka ragam atau variasi.<br />
<a name='more'></a><br />
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.<br />
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.<br />
Contoh bokap, nyokap</div></div></div></div><div id="sidebar-left"><div class="block block-adsense_cse "><div class="block-inner clear-block"><div class="content-wrapper"><div class="content"><form action="http://kamusgaul.com/adsense/cse" id="cse-search-box"><div><input name="as_q" size="25" style="background: url("http://www.google.com/coop/intl/in/images/google_custom_search_watermark.gif") no-repeat scroll left center rgb(255, 255, 255); border: 1px solid rgb(126, 157, 185); padding: 2px;" type="text" /></div></form></div></div></div></div></div><div id="footer"><div class="footer-1 clear-block" id="footer-inner"><div class="column" id="footer-one"><div class="block block-block "><div class="block-inner clear-block"><div class="content-wrapper"><div class="content"><span id="show_ads_c333d2d230d9f52071217aee0bbabe64_9530"></span></div></div></div></div></div></div></div>Siska Meirita Rasyahttp://www.blogger.com/profile/15043248176260261563noreply@blogger.com1